“Yang membuat kanker kadang terasa lebih berat adalah menghadapi reaksi orang lain setelah mengetahui bahwa saya menderita kanker.” Begitulah sepenggal kalimat yang diungkapkan Ranti, seorang dokter yang divonis kanker payudara di usianya yang ke-24.
Ranti Astria Hannah langsung bersikap waspada saat ia menemukan sebuah benjolan di payudaranya. Benjolan tersebut memang bisa berarti banyak hal, termasuk kelenjar susu yang mulai membentuk karena kebetulan saat itu Ranti sedang mengandung anak pertamanya.
Kegelisahan mulai menggelayuti Ranti setelah penemuan benjolan itu. Bersama Pandu—sang suami, Ranti pun mengunjungi dokter spesialis untuk menemukan jawaban pasti tentang benjolan itu. Diagnosa ke arah kanker payudara pun mulai terlihat jelas.
Hingga pada akhirnya seorang dokter di sebuah rumah sakit di Singapura tempat Ranti check-up mengatakan bahwa benar ia mengidap kanker payudara.
Banyak hal yang harus dilepaskan Ranti saat ia mengetahui adanya benjolan itu, termasuk tidak memberikan ASI kepada Rania—buah cintanya bersama Pandu. Belum lagi kebesaran hati untuk merelakan hilangnya salah satu payudara yang ia miliki.
Tidak hanya itu, Ranti juga sempat merasakan tersiksanya menjadi seorang penderita kanker. Namun, dukungan dari semua pihak—suami, orangtua, saudara, dan sahabat—rasanya semua itu bisa dilewati dengan mudah. Seiring dengan itu, Ranti semakin kuat menghadapi cobaan ini ketika ia mengingat Rania. Ia harus berjuang demi putri kecilnya.
Sayangnya, manusia bukanlah seseorang dengan kekuatan super. Begitupun Ranti yang juga memiliki keterbatasan. Semangatnya kadang mengendur ketika ia harus melewati proses penyembuhan kanker. Mulai dari pengangkatannya, kemoterapi, hingga radioterapi.
Belum lagi ketika Ranti harus dihadapkan dengan cermin yang memantulkan bayangan tubuhnya. Ia merasa dunia seakan terbalik. Dirinya terlihat seperti seorang pesakitan dengan kepala yang botak, kurus, wajah pucat, dan tubuh yang dihiasi bekas-bekas operasi pengangkatan payudara. Meskipun demikian, orang-orang di sekitar Ranti tidak pernah lelah untuk memberikannya semangat.
Kini, Ranti memang telah terlepas dari label penderita kanker. Namun perjuangannya melawan kanker tidak berhenti di situ saja. Melalui buku Hairless, Ranti mencoba menularkan semangatnya ketika ia dihadapkan pada salah satu penyakit mematikan ini.
Buku terbitan GagasMedia ini begitu menginspirasi dan menyentuh pembacanya. Penuh dengan semangat, ketegaran, dan emosi yang membuat perasaan bergejolak. Ranti sebenarnya hanyalah wanita biasa dengan kekuatan luar biasa.
Ia mampu melalui segalanya berbekal semangat, dukungan, doa, dan cinta dari berbagai pihak. Ia mampu mengembalikan kekuatannya ketika terpuruk dengan penuh kesabaran. Suatu hal yang patut dicontoh dan diterapkan setiap orang, baik mereka yang menderita kanker ataupun tidak.
Seperti yang ditulis Ir. Shahnaz Haque-Ramadhan—survivor kanker ovarium, “Sakit mengajarkan kesabaran tanpa batas. Sebuah skenario yang luar biasa, jika mampu memahaminya….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar